Bisnis dan Kreativitas: Membangun TEMC & Proyek Freelance
Davin Alifianda Adytia/23-11-2024/005
Pembuka
Di tengah rutinitas kuliah dan kegiatan organisasi, aku pernah berada pada titik di mana aku bertanya pada diri sendiri: “Apa aku benar-benar bisa berdiri di atas kaki sendiri? Apa aku bisa menghasilkan sesuatu dari kemampuan yang aku miliki?”
Pertanyaan itu akhirnya membawaku pada langkah yang cukup berani—mencoba dunia bisnis dan freelance.
Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari penghasilan tambahan, tetapi juga tentang membangun kepercayaan diri, menemukan potensi baru, dan belajar menghadapi dunia kerja nyata di luar kelas.

Awal Mula Ide TEMC
TEMC lahir dari hal sederhana: keinginan untuk menggabungkan minatku di dunia teknologi, kreativitas, dan pemasaran. Saat itu aku melihat banyak teman, UKM, dan UMKM yang membutuhkan bantuan untuk membuat website, desain, atau mengelola media sosial — tetapi mereka sering terkendala biaya dan kualitas yang sesuai kebutuhan.
Dari situ muncul gagasan untuk membangun layanan yang:
ramah untuk mahasiswa dan pelaku usaha kecil,
tetap profesional,
dan memberikan nilai nyata bagi klien.
Aku tidak memulainya dengan modal besar. Justru modal terbesarku adalah kemampuan yang sudah kupelajari dari kuliah dan berbagai proyek sebelumnya.
Proyek Pertama: Antara Gugup dan Euforia
Proyek pertamaku adalah sebuah website landing page sederhana.
Meskipun terlihat mudah, aku sangat gugup waktu itu. Takut hasilnya kurang, takut mengecewakan, takut tidak memenuhi ekspektasi klien.
Tapi justru di situlah aku belajar hal penting:
berkomunikasi dengan klien dengan jelas,
menanyakan kebutuhan detail,
membuat timeline kerja,
dan menyelesaikan proyek tepat waktu.
Ketika klien akhirnya puas dengan hasilnya, rasa lega dan bangganya sulit digambarkan. Dari situ aku sadar: aku bisa.
Rasa takut memulai proyek baru perlahan berubah menjadi rasa percaya diri.
Mengenal Dunia Freelance Secara Nyata
Saat mulai menerima lebih banyak pekerjaan, aku mulai memahami sisi lain dunia freelance yang tidak terlihat dari luar:
1. Klien datang dari berbagai karakter.
Ada yang jelas, ada yang bingung, ada yang berubah-ubah.
Di sinilah aku belajar pentingnya komunikasi dan batasan kerja.
2. Revisi adalah bagian dari proses.
Permintaan revisi bukan berarti pekerjaanku buruk — sering kali itu hanya bagian dari pencarian bentuk terbaik.
3. Manajemen waktu itu wajib.
Mengambil banyak pekerjaan tanpa perhitungan bisa membuat burnout.
4. Portofolio tumbuh seiring pengalaman.
Setiap proyek, sekecil apa pun, menambah jejak perjalanan.
Layanan yang Mulai Berkembang
Seiring waktu, TEMC mulai berkembang ke beberapa layanan lain:
Website Landing Page (WordPress)
Membantu klien mendapatkan tampilan profesional dengan waktu pengerjaan yang efisien.
Social Media Management (Instagram)
Mengelola konten, desain, dan insight untuk membantu brand tetap aktif.
Desain Visual
Seperti logo, banner, mockup produk, dan berbagai bahan promosi.
Foto Produk Sederhana
Untuk UMKM atau teman yang ingin memulai usaha.
Setiap layanan punya tantangannya masing-masing, tapi semuanya memberi kesempatan untuk mengasah sisi kreatif dan teknisku sekaligus.
Kesalahan Awal yang Justru Jadi Pelajaran
Perjalanan freelance tentu tidak selalu mulus. Ada beberapa kesalahan yang aku ingat dengan jelas:
Underpricing karena kurang percaya diri
Mengerjakan semuanya sendiri tanpa standar workflow
Membiarkan klien mengubah konsep terlalu jauh di tengah jalan
Tidak membuat deadline tertulis
Meremehkan waktu revisi
Namun dari semua itu, aku belajar hal berharga: bisnis bukan tentang tidak pernah salah, tetapi tentang cepat belajar dan memperbaiki proses.
Nilai yang Aku Pelajari Dari Dunia Bisnis
Dunia bisnis mengajarkanku banyak hal yang tidak kutemui di kelas:
1. Keberanian Mengambil Peluang
Kadang kesempatan datang bukan saat kita siap — tapi saat kita memutuskan untuk berani.
2. Kualitas Itu Terlihat Dari Detail
Klien bisa merasakan keseriusan kita dari hal kecil seperti revisi rapi, komunikasi yang sopan, dan hasil yang tepat waktu.
3. Pelayanan Lebih Penting dari Produk
Desain atau website yang bagus itu penting, tapi sikap profesional dan komunikasi yang baik lebih menentukan kepuasan klien.
4. Belajar Mandiri Itu Penting
Dunia bisnis menuntut kita untuk bisa memecahkan masalah sendiri — dan itu membuatku tumbuh jauh lebih cepat.
Emotional Point: Dari Takut Menolak Hingga Berani Mengatur Batas
Salah satu pelajaran emosional terbesar adalah belajar berkata “tidak”.
Di awal aku selalu takut mengecewakan klien. Semua permintaan aku iya-kan, bahkan yang di luar kapasitas.
Akibatnya? Burnout, kurang tidur, dan pekerjaan lain jadi berantakan.
Sekarang aku belajar menetapkan batas:
Batas waktu
Batas revisi
Batas ruang lingkup kerja
Bukan untuk tegas semata, tapi untuk menjaga profesionalisme dan kualitas pekerjaan.
Refleksi: Bisnis Kecil yang Mengubah Cara Pandangku
Perjalanan membangun TEMC bukan tentang besar-kecilnya bisnis.
Ini tentang bagaimana sebuah langkah kecil bisa membuka pintu besar:
keberanian memulai,
kemampuan berkomunikasi,
kesabaran menghadapi revisi,
ketekunan membangun reputasi,
dan rasa bangga melihat portofolio tumbuh sedikit demi sedikit.
Bisnis ini mungkin bermula dari hal sederhana, tapi dampaknya besar untuk perkembangan diriku sebagai mahasiswa dan calon profesional di dunia teknologi.