Kompetisi & Ambisi: Dari Unity hingga Technoday
Davin Alifianda Adytia/23-11-2025/004
Pembuka
Ada satu hal yang membuat dunia teknologi terasa hidup bagiku: kompetisi.
Bukan semata-mata soal menang atau kalah, tetapi tentang proses menguji diri—apakah aku sudah berkembang, apakah aku bisa berpikir lebih cepat, apakah aku bisa menghadapi tekanan yang tidak ada di kelas.
Kompetisi mengajarkan banyak hal yang tidak tertulis di modul kuliah. Dan perjalanan itu membuatku memahami bagaimana cara bekerja, belajar, dan berjuang dalam situasi yang menuntut ketepatan dan ketenangan.

Awal Mula Mengikuti Lomba
Aku tidak langsung percaya diri untuk ikut kompetisi. Ada masa ketika aku merasa “belum cukup pintar”, “belum siap”, atau “takut dibilang sok hebat”. Tapi semakin aku melihat teman-teman dan kakak tingkat berkompetisi, semakin aku sadar bahwa kompetisi bukan hanya untuk mereka yang sudah ahli, tetapi untuk siapa saja yang mau belajar.
Dari situ aku mulai memberanikan diri ikut beberapa lomba—mulai dari yang berbasis teknologi, karya tulis, ide produk, hingga competitive programming.
Pengalaman Latihan Competitive Programming
Salah satu momen paling intens adalah ketika aku mempersiapkan diri untuk mengikuti competitive programming, terutama di event seperti Arkavidia.
Aku membuat latihan dua minggu yang cukup padat:
fokus mempelajari Graph,
memperdalam Dynamic Programming,
mempelajari struktur data seperti stack, queue, priority queue, dan tree,
serta memahami pola soal berdasarkan tahun-tahun sebelumnya.
Dari 13 soal tahun lalu, aku menganalisis:
6 soal graph,
4 soal DP,
2 soal geometry,
1 soal string.
Ini bukan sekadar belajar coding, tetapi membangun strategi berpikir: bagaimana membaca soal cepat, memilih persoalan yang tepat untuk dikerjakan dulu, dan tidak panik saat buntu.
Belajar Menganalisis Soal
Salah satu pelajaran terbesar dari competitive programming adalah kemampuan analitis.
Ada banyak situasi di mana aku harus:
menebak pola tersembunyi,
memilih algoritma yang paling efisien,
menghitung kompleksitas,
dan merancang solusi di bawah tekanan waktu.
Perasaan ketika sebuah solusi akhirnya berhasil accepted setelah ditolak berkali-kali adalah salah satu kepuasan terbesar dalam dunia pemrograman.
Hackathon, Techcomfest, dan Kompetisi Lain
Selain CP, aku juga pernah terlibat dalam perlombaan-perlombaan lain seperti:
Techcomfest
Technoday Hackathon
kompetisi ide inovasi
challenge pengembangan aplikasi
dan event-event kampus lain yang mendorong kemampuan berpikir kreatif
Di hackathon aku belajar kerja cepat, membagi tugas, membangun MVP dalam waktu singkat, dan mempresentasikan ide secara meyakinkan. Sedangkan di lomba inovasi, aku belajar memadukan kemampuan teknis dengan kemampuan menyampaikan gagasan.
Tekanan, Tantangan, dan Mental Bertanding
Tidak semua lomba berjalan mulus. Ada beberapa momen ketika:
kodeku gagal tepat sebelum submit,
presentasi kurang maksimal,
waktu habis sebelum solusi selesai,
atau hasil tidak sesuai ekspektasi.
Tapi justru dari kegagalan itulah mental bertandingku tumbuh.
Aku belajar bahwa kompetisi bukan soal kesempurnaan, tetapi soal ketahanan: seberapa konsisten aku mencoba, belajar, dan bangkit setelah gagal.
Kompetisi membuatku tidak cepat puas. Selalu ada ruang untuk berkembang, dan itu yang membuat dunia teknologi menarik.
Dampak pada Pengembangan Diri
Dari seluruh perjalanan kompetisi, aku mendapatkan banyak hal:
1. Pola pikir problem-solving yang lebih matang
Aku bisa memecah masalah dengan lebih sistematis dan lebih cepat mengidentifikasi akar masalah.
2. Keberanian untuk menghadapi tekanan
Kompetisi membiasakan diriku bekerja dalam situasi mendesak dan tetap berpikir jernih.
3. Kemampuan kerja tim yang lebih baik
Terutama di hackathon, pembagian tugas dan komunikasi menjadi faktor paling penting.
4. Growth mindset yang kuat
Aku belajar menerima kegagalan sebagai bagian dari proses.
5. Arah karir yang lebih jelas
Kompetisi membantu aku memahami passion-ku: mengembangkan solusi, membangun produk, dan terus belajar teknologi baru.
Refleksi: Ambisi yang Terbentuk dari Proses
Jika aku melihat perjalanan ini dari awal, aku sadar bahwa kompetisi bukan hanya ajang pamer kemampuan—tapi arena latihan membangun versi terbaik dari diri sendiri.
Arkavidia, hackathon, dan lomba-lomba lain hanya “wadah”. Yang lebih penting adalah perubahan dalam diriku:
lebih berani,
lebih tenang,
lebih tahan banting,
lebih percaya diri,
dan lebih jelas melihat masa depan.
Kompetisi mengajarkan bahwa proses adalah segalanya.
Penutup
Mengikuti berbagai kompetisi selama kuliah membuatku memahami bahwa perjalanan belajar tidak berhenti di kelas. Dunia teknologi akan selalu berkembang, dan aku ingin terus berkembang bersamanya.
Perjalanan organisasi, proyek, magang, bisnis, hingga kompetisi kini membentuk fondasi dari arah karir yang ingin aku capai setelah lulus.
Terima kasih sudah mengikuti ceritaku sampai blog terakhir ini.
Semoga perjalananku bisa menjadi refleksi, inspirasi, atau sekadar teman cerita bagi siapa pun yang sedang melalui fase yang sama.